Senin, 29 Maret 2021

POTRET PERAWATAN PALIATIF PASIEN LEUKIMIA ANAK DI RSUP SARDJITO

 Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif.

Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrase perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.

Keperawatan paliatif adalah pendekatan yang sesuai untuk menghadapi permasalahan kematian pada pasien ini. Keperawatan paliatif menawarkan peningkatan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam kehidupan dari pertama didiagnosis sampai proses berduka akibat kematian melalui pendekatan psiko-sosio, kultural, dan spiritual (Macleod et al, 2012). Para ahli telah menyepakati bahwa perawatan menjelang ajal adalah bagian dari konsep keperawatan paliatif.

Lebih dari dua dekade, perhatian menjelang ajal sudah mulai terlihat (Payne et al, 2008). Kebutuhan akan keperawatan menjelang ajal di rumah sakit meningkat seiring dengan peningkatan kejadian penyakit kronis (Todaro-Franceschi & Spellmann, 2012). Perawatan menjelang ajal menurut Higgs (2010) sebagai suatu istilah yang digunakan dalam penyebutan perawatan pasien dan keluarga dari aspek klinis sampai sistem dukungan saat pasien menghadapi kematian. Penyakit kronis berkembang dari penyakit tidak menular yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut profil WHO tahun 2011 menyebutkan bahwa tingkat kematian di Indonesia mencapai 1.064.000 akibat penyakit kronis di rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Perawat adalah tenaga kesehatan yang hampir 24 jam bersama dengan pasien sehingga memahami setiap kebutuhan dari pasien (Smeltzer & Bare, 2010). Ketergantungan pasien terhadap tenaga perawat tidak mampu dihindarkan, terutama pasien dengan total care. Hasil studi menyebutkan bahwa sikap perawat yang negatif, seperti perasaan tidak peduli, takut, dan cemas dalam setiap pemberian asuhan keperawatan dapat menurunkan kualitas pelayanan menjelang ajal pada pasien (Grubb & Arthur, 2016).

Sikap dalam perawatan pasien merupakan hal yang utama dimiliki oleh perawat dan mahasiswa keperawatan dalam upaya peningkatan status derajat kesehatan pasien menjelang ajal menjelang ajal. Pembentukan sikap sebelum terpapar sering oleh pasien (tahap akademik) menjadi lebih efektif dari pada saat telah sering terpapar dengan permasalahan permasalahan yang muncul dari proses kematian (Villar, 2013).  Sikap dalam perawatan menjelang ajal dapat menjadikan tolak ukur efektifnya proses pembelajaran atau pelatihan. Indikator yang dimaksud adalah mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil penelitian Grubb & Arthur (2016) menyebutkan bahwa sikap yang positif dalam perawatan menjelang ajal dapat menjadi tolak ukur keberhasilan mahasiswa keperawatan membentuk suatu hubungan terapeutik dengan pasien menjelang ajal.

 

Di RSUP dr. Sardjito terdapat perawatan paliatif di Indonesia. Meskipun demikian, pelaksaan perawatan paliatif masih mengalami hambatan seperti standar perawatan yang belum ada, dokter-perawat yang belum mendapatkan informasi maksimal mengenai perawatan paliatif, kepribadian masing-masing klinisi, komunikasi yang berjenjang hingga waktu yang terbatas untuk melakukan diskusi (Adhisty, 2016). Untuk mengetahui data pasien leukemia jumlah pasien lebih banyak perempuan atau laki-laki, unuk mengetahui jenis kanker darah mana yang paling banyak diderita oleh pasien dan usia pasien yang mengalami penyakit kanker darah dapat menghitungnya menggunakan salah satu cara yaitu menggunakan konsep matematika karena berbagai aktivitas manusia melibatkan peran matematika (Melinda Rismawati, 2018). Dalam matematika kesulitan belajarnya adalah menghitung (Jana, 2018). Pemberian pemahaman tentang besik science merupakan salah satu upaya untuk menciptakan generasi mudah yang mampu bersiang dengan negara lain. (Jana, 2017).

 

Jumlah pasien yang terdiagnosis LLA atau LMA tahun 2015 di RSUP dr. Sardjito adalah 98 pasien. Data diambil dari pasien yang pertama kali terdiagnosis di Januari 2019 hingga besar sampel terpenuhi. Dari 48 pasien yang didiagnosis leukemia akut anak, 2 pasien tidak mengikuti kemoterapi sehingga tidak dianalisis datanya. Data yang diambil merupakan data retrospektif berupa rekam medis pasien leukemia anak terutama LLA dan LMA yang didiagnosis pada tahun 2019 dan diikuti riwayatnya hingga rekam medis terakhir yang tercatat.

Data pada penelitian ini didapatkan dari penelusuran rekam medis terhadap 48 pasien usia kurang dari 18 tahun yang didiagnosis kanker leukemia anak oleh dokter di INSKA RSUP dr. Sardjito pada tahun 2015. Pasien yang sesuai kriteria inklusi eksklusi dan bisa dianalisis berjumlah 46 anak. Dua pasien dieksklusi karena belum memulai fase kemoterapi sejak didiagnosis. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini kurang lebih hanya setengah dari seluruh pasien yang terdiagnosis leukemia akut anak pada tahun 2019 sehingga penelitian dengan sampel lebih besar perlu dilakukan untuk menguatkan hasil penelitian. Demam merupakan tanda dan gejala dengan prevalensi paling sering yang ditemukan pada 87% pasien, diikuti oleh nyeri (82,6%), mual (69,6%), dan muntah (58,7%). Dyspnea dan konstipasi dikeluhkan oleh kurang dari 30% pasien (26,1% dan 4,3%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Shahab dan Raziq pada tahun 2014 di Peshawar, Pakistan, demam juga merupakan keluhan tersering yang ditemukan pada pasien leukemia akut pada semua umur, diikuti oleh pucat dan kelainan perdarahan (Shahab & Raziq, 2014).

Secara umum terlihat bahwa tanda dan gejala dikeluhkan oleh lebih banyak pasien terutama pada fase induksi, namun tanda dan gejala tersebut dapat muncul karena penyakit itu sendiri maupun karena kemoterapi.Demam merupakan tanda dan gejala dengan prevalensi tertinggi yaitu dikeluhkan oleh 40 orang pasien LLA maupun LMA dan memiliki frekuensi tertinggi pada fase induksi I LMA. Demam merupakan salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada 53% pasien di awal diagnosis selain, hepatomegali, splenomegali, pucat, dan kelelahan (Camacho et al., 2016). Demam berkepanjangan (> 2 minggu) tanpa penyebab yang jelas merupakan tanda dan gejala yang umum pada kanker dan diasosikan dengan leukemia serta limfoma (Fragkandrea, Nixon, & Panagopoulou, 2013).

Nyeri merupakan tanda dan gejala dengan prevalensi tertinggi pada pasien LLA terutama pada fase induksi dan maintenance I. Pada leukemia akut anak, nyeri pada tulang merupakan salah satu manifestasi klinis yang biasa terjadi ketika sumsum tulang semakin melebar karena akumulasi leukosit abnormal (Watanabe et al., 2015). Mual dan muntah terlihat cukup tinggi pada fase induksi I LMA. Hal tersebut mungkin dikarenakan protokol LMA 2017 RSUP dr. Sardjito menggunakan daunorubicin dan cytarabine, kedua obat tersebut termasuk dalam obat yang berisiko sedang dan menyebabkan emesis pada 30%-90% pasien . (Steinhorn, Din, & Johnson, 2017).

Penelitian ini hanya menghitung tanda dan gejala yang disampaikan pasien kepada tenaga kesehatan saat di rumah sakit sehingga tanda dan gejala pasien saat tidak di rumah sakit tidak bisa dilacak. Penelitian prospektif dan menggunakan kuesioner sebaiknya dilakukan untuk mendokumentasikan tanda dan gejala pasien saat tidak di rumah sakit dan menghindari tidak lengkapnya data jika menggunakan rekam medis. Penelitian terhadap penanganan tanda dan gejala pasien baik secara farmakoterapi maupun nonfarmakoterapi serta tingkat keberhasilannya perlu dilakukan untuk mengevaluasi jalannya perawatan paliatif di RSUP dr. Sardjito.

Menurut penelitian sebelumnya berdasar pendapat para ahli, kekurangan finansial, masalah transportasi, obat esensial dan fasilitas medis lokal yang tidak memadai merupakan penyebab utama pengabaian pengobatan di negara berkembang. Sitaresmi et al. pada penelitiannya di RSUP dr. Sardjito menemukan bahwa alasan orang tua menolak atau mengabaikan pengobatan lebih kompleks. Selain kekurangan finansial dan masalah transportasi yang menjadi kontributor utama, hal lain seperti keyakinan akan kesembuhan LLA, kekhawatiran dan pengalaman mengenai efek samping yang berat, penolakan oleh anak, serta ketidakpuasan terhadap tenaga kesehatan juga turut adil (Mostert et al., 2010).

Komponen kegiatan paliatif selanjutnya adalah bereavement support atau dukungan saat masa berkabung. Kesedihan yang intens dan terus menerus merupakan hal lumrah yang mengikuti kematian seorang anak. Kehilangan anak berhubungan dengan luaran buruk pada orang tua seperti bertambahnya tekanan psikologis, kesehatan fisik memburuk, dan kesejahteraan psikososial menurun. Hubungan antara keluarga dengan tim medis yang berakhir secara tiba tiba setelah keluarga selalu mempercayai dan mengandalkan tim medis untuk dukungan, kenyamanan dan bimbingan dapat menambah rasa kehilangan yang dirasakan dan dapat dipersepsikan sebagai pengabaian. Orang tua menginginkan dan mengapresiasi hubungan berkelanjutan dengan tim medis serta mengharapkan tindak lanjut setelah anaknya menjalani terapi yang intens. Lichtenthal et al. Pada penelitiannya di tahun 2015 mengungkapkan bahwa usaha tindak lanjut yang dilakukan masih inkonsisten, bahkan beberapa keluarga tidak pernah dihubungi kembali. Hal tersebut dikarenakan standar perawatan dukungan masa duka cita yang masih belum ada. Hal yang sama dikemukakan oleh Wiener et al. di tahun 2018. Keluarga lebih memilih untuk memulai dukungan masa duka pada 3 bulan pertama setelah anak meninggal hingga 2 tahun setelahnya. Snaman et al. menganjurkan hal yang berbeda, dukungan masa berkabung sebaiknya tersedia dan dapat diakses kapan saja karena orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari layanan tersebut pada waktu yang berbeda. Orang tua mungkin memerlukan dukungan masa berkabung bahkan sebelum anak meninggal untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi kematian anak. Inkonsistensi lainnya terkait dengan alat bantu untuk menilai kebutuhan masa berkabung yang diperlukan oleh keluarga belum memiliki panduan jelas (Fürst, 2000).

 

Rabu, 19 Agustus 2015

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT DAN ASKEP

1.      DEFINISI

Gastroenteristis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal / tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah ( Hidayat, 2006)
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan pathogen parasitic (Wong, 2003)
Gastroenteritis adalah suatu keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pual bercampur lender dan darah atau lender saja (Ngastiyah, 2005)

2.      ETIOLOGI

Menurut Ngastiyah (2005) penyebab diare yaitu :
a.       Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b.      Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
c.       Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.
d.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
e.       Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

3.      PATOFISIOLOGI

 Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga 9 usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b.Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c.  Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.



4.      PATHWAY

Deficit pengetahuan
Faktor infeksi
Faktor makanan
Peningkatan osmotik
Faktor malabsorpsi
Penggeseran cairan dan elektrolit ke rongga usus
Isi rongga usus
Diare
Peningkatan frekwensi BAB
Iritasi anus, bokong
Pruritus, lembab
Faktor psikologis
Malabsorpsi laktosa
Iritasi mukosa usus
Iritasi mukosa usus
Sekresi cairan dan elektrolit rongga usus
Hiperperistaltik
Merangsang para simpatis
Stress
Stimulasi ke hipotalamus
Masuk ke saluran cerna
Bakteri mengeluarkan toxin
Makanan basi, beracun
Masuk saluran cerna
Peningkatan asam lambung
Output berlebih
Terpasang infus
Hospitalisasi
Porte deentre bakteri, kuman
Resti infeksi
Resti gangguan integritas kulit
Kekurangan volume cairan dan elektrolit
Mual muntah, anoreksia
Intake inadekuat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kurang informasi
 




























 


5.      Manifestasi Klinis

a.       bayi cengeng, rewel, gelisah
b.      Suhu tubuh biasanya meningkat
c.       BAB 3 kali sehari atau lebih
d.      Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
e.       Feses cair biasa disertai lendir atau darah, warna tinja mungkin berubah hijau karena bercampur dengan empedu.
f.       Anus mungkin lecet karena tinja makin asam akibat asam laktat dari laktosa yang tidak diabsorbsi usus dan sering defikasi.
g.      Muntah disebabkan lambung yang turut meradang atau gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
h.      Bila kehilangan banyak cairan muncul dehidrasi (berat badan turun, turgor kulit kurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir bibir dan mulut kering).

6.      Komplikasi

Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari diare ada :
a.       Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b.      Renjatan hipovolemik.
c.       Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
d.      Hipoglikemia.
e.       Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
f.       Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g.      Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

7.      Pemeriksaan Diagnostik

pemeriksaan laboratorium menurut Mansjoer (2000) pada diare adalah:
a.       Feses Makroskopis dan Mikroskopis pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula. Biakan dan uji resisten.
b.      Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah.
c.       Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d.      Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
e.       Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit

8.      PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu:
a.       Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan umum:
                        1)            Belum ada dehidrasi Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare. b) Pareteral dibagi rata dalam 24 jam.
                        2)            Dehidrasi ringan 1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik. b) Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.
                        3)            Dehidrasi sedang 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrik b) Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari
                        4)            Dehidrasi berat
a)      Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
b)      1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13 tetes/kg.BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes).
c)      7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes)
d)     16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra vena 2 tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes). b.
b.      Pengobatan dietetic
                        1)            Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan yang diberikan:
a)      Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron, atau sejenis lainnya).
b)      Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c)      Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya: susu yang mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
                        2)            Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanannya: makanan padat, cair atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah.
c.       Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dan sebagainya).
                              1)            Obat anti sekresi Asetosal: dosis 25 ml/ tahun (minimum 30 mg). b) Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/ hari
                              2)            Obat anti diare: kaolin, pectin, charcoal, tabonal.
                              3)            Antibiotik

9.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan dehidrasi.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.      Resiko infeksi berhubungan dengan port de entre mikroorganisme pathogen
6.      Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan informasi

10.  INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut wikinson 2007 :
a.        Diagnosa 1     : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Criteria hasil : hidrasi dan status nutrisi adekuat, irama nafas dalam
Intervensi :
                                    1)   Kaji TTV dan KU
Rasional mengkaji hidrasi
                                    2)   Lakukan rehidrasi oral (LRO) sedikit tapi sering
Rasional LRO untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui feses
                                    3)   Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan
Rasional untuk mengoati pathogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebih
                                    4)   Berikan diet regular pada anak sesuai toleransi
Rasional menurunkan jumlah defekasi dan penurunan BB serta pemendekan durasi penyakit
                                    5)   Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti ASI, formula bebas laktosa
Rasional mempertahankan terapi cairan
                                    6)   Pantau intake dan output
Rasional evaluasi keefektivan intervensi
b.       Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria        : - Nafsu makan meningkat
     - BB meningkat atau normal sesuai umur
     - asupan makan dan cairan oral adekuat
Intervensi :
1)   Instruksikan ibu memberikan ASI
Rasional mengurangi kehebatan durasi penyakit
2)   Hindari pemberian diet dengan pesang, beras, apel dan roti
Rasional diet rendah energy dan protein serta terlalu tinggi dalam karbohidrat dan rendah elektrolit
3)   Observasi dan catat respon pemberian makanan
Mengkaji toleransi pemberian makanan
4)   Timbang BB tiap hari
Rasional untuk mengetahui perkembangan nutrisi
5)   Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a)      terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b)      obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
c.        Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan    :  Stelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Intervensi :
1)        kaji tingakat kenaikan suhu tubuh
Rasional Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)        Pantau TTV
Rasional indicator perkembangan klien
3)        Berikan kompres hangat
Rasional merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
4)        Anjurkan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional mempercepat proses evaporasi
5)        Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional Merangsang pusat pengatur panas di otak
d.       Diagnose 4 : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare
Tujuan : integritas kulit tidak mengalami kerusakan
criteria hasil : suhu , elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang normal
intervensi:
                                    1)            Ganti popok jikaa basah atau kotor
Rasional menjaga kulit tetap bersih dan kering
                                    2)            Bersihkan bokong perlahan dengan sabun lunak non alkalin dan air
Rasional karena feses diare sangat mengirtasi kulit
                                    3)            Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung alkohol pada kulit yang teriritasi
Rasional menyebabkan rasa menyengat
                                    4)            Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi
Rasional untuk mengetahui secara dini adanya tanda-tanda infeksi dan memberikan terapi yang sesuai
                                    5)            Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian salep pelindung
Rasional mempercepat penyembuhan
e.        Diagnose 5 : resiko infeksi berhubungan dengan port de entre mikroorganisme pathogen
Tujuan : infeksi tidak terjadi, serta tidak ada tanda tanda infeksi
Criteria hasil : TTV dalam rentang normal
                         Tanda tanda infeksi tidak terjadi
Intervensi :
1)        Pantau TTV dan tanda tanda infeksi
Rasional mengetahui ada atau tidak perkembangan infeksi
2)        Anjurkan penggunaan popok sekali pakai
Rasional superabsorbent untuk menampung feses dan menurunkan kemungkinan terjadinya dermatitis
3)        Anjurkan keluarga dan pengunjung dalam praktek isolasi khususnya mencuci tangan
Rasional untuk mencegah terjadinya infeksi
f.        Diagnose 6 : deficit pengetahuan tentang penyakitg dan cara perawatanya berhubungan dengan kurang paparan informasi
Tujuan  klien serta keluarga mengerti tentang gastroenteritis
Criteria hasil : dapat mengulang kembali mengenai gastroenteritis
Intervensi :
                                    1)            Kaji tingkat pengetahuan
Rasional menentkan intervensi secara tepat dengan masalah yang ada
                                    2)            Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya
Rasional menurunkan rasa takut dan cemas terhadap kondisi anaknya
                                    3)            Berikan penjlasan kepada orang tua tentang perawatan anak dengan diare seperti pembuatan larutan gula garam (LGG)
Rasional LGG dilakukan sebagai penanganan pertama untuk megganti cairan tubuh



KONSEP TUMBUH KEMBANG

Pertumbuhan adalah :bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur dan mudah diobservasi.
Perkembangan adalah  : sempurnanya fungsi alat tubuh atau perubahan atau expansiyang bertahap. Dari tahapan yang sederhana ke tahapan yang lebih kompleks.
Pola pertumbuhan dan perkembangan.
1.      terjadi secara terus-menerus.
2.      merupakan dasar dari semua kehidupan manusia.
3.      tumbuh fisik dapat dilihat nyata.
Mengapa Tumbang Harus Dipelajari ?
1.      Sebagai alat ukur dalam asuhan keperawatan.
2.      Perlu untuk mengetahui yang normal dalam rangka mendeteksi deviasi dari normal.
3.      Mempelajari tumbang memberikan petunjuk untuk menilai rata-rata atau perubahan fisik, intelektualdan emosional yang normal.
4.      Mengetahui perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional. Penuntun perawat dalam mengkaji tingkat fungsional anak dan penyesuaiannya terhadap penyakit dan dirawat di RS.
Pertumbuhan dapat diketahui dengan anthropometrik :
1.      Timbang berat badan
2.      Ukur tubuh
3.      Ukur lingkaran kepala
4.      Ukur lingkaran dada
5.      Ukur lingkaran lengan      
Perkembangan Dapat Diketahui oleh
1.      Seseorang berkembang dalam pengaturan Neuro Muscular dapat terlihat kemampuan/peningkatan keterampilan dan pengetahuan yang kompleks.
2.      Perkembangan dapat diketahui/dinilai dengan pengamatan :
3.      gerakan-gerakan/kecakapan
4.      Kecerdasan
5.      Penguasaan bahasa/kesanggupan bicara
6.      Hubungan sosial
7.      Tingkat perkembangan bersifat individual. harus diingat urutan-urutan perkembangan menurut tingkat perkembangan tertentu.
Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang :
wFaktor herediter  :
a. Jenis kelamin
b. Ras
c. Kebangsaan
2.  Faktor Lingkungan
a.             Lingkungan Pranatal
b.            Pengaruh Budaya
c.             Status sosial dan ekonomi keluarga

d.            Nutrisi
e.             Iklim atau cuaca
f.             Olahraga/lat fisik
g.            Posisi anak dalam keluarga
3. Faktor Internal
a.       Kecerdasan
b.      Pengaruh hormonal
c.       Pengaruh Emosi
Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan
1.   Periode Prenatal Konsepsi sampai dengan lahir.
2.   Periode Infency Lahir sampai dengan 12 bulan.
      a. Neonatus        : lahir sampai dengan 28 hari.
      b. Infancy           : 29 hari sampai dengan 12 bulan.
3.   Periode Early Childhood 1 tahun sampai dengan 6 tahun.
      a. Toddles          : 1 tahun sampai dengan 3 tahun
      b. Pra sekolah     : 4 tahun sampai dengan 6 tahun.
4. Periode Middle Childhood Periode    sekolah : 6 tahun sampai dengan 12 tahun.
5.   Periode Later Childhood 12 tahun sampai dengan 18 bulan.
      a. Pre pubertas    : 12 tahun sampai dengan 18 bulan.
      b. Adoleseence   : 13 tahun sampai dengan 18 bulan.
Teori-Teori Perkembangan :
1.      Perkembangan Psikososial Erik Erikson (1963 ).
2.      Perkembangan Intelektual Piaget.
3.      Perkembangan Psikosexual Sigmum Frend.
a.       Perkembangan Psikososial (Erikson)
                                    1)            Percaya Vs tidak percaya (0-1 thn)
         Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar pada fase ini. Belaian cinta kasih ibu dalam memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan dasar anak
         Anak akan mengembangkan rasa tidak percaya pada orang lain apabila pemenuhan keb dasar tidak terpenuhi
                                    2)            Otonomi Vs rasa malu dan ragu ( 1-3 tahun)
         Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.
         Anak akan meniru perilaku orang lain di sekitarnya
         Rasa malu da ragu akan timbul apabila anak di paksa oleh orang tuanya atau orang dewasa untuk berbuat yang dikenhendakinya.
                                    3)            Inisiatif Vs rasa bersalah (3 samapi 6 tahun)
         Perkembangan Inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya
         Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi shg mereka tidak puas.
                                    4)            Industry Vs Inferiority (6-12 tahun)
         Anak akan belajar bekerjasama dan bersaing dengan anaka lainnya melalui kegIATAN yang dilakukan baik didalam keg akademik maupun pergaulan
         Perasaan akan rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya.

                                    5)            Identitas Vs kerancun peran (12-18 tahun)
         Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai anak yang sedang berada pada fase transisi
         Ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan menimbulkan kerancuan peran yang harus dijalankan
b.      Perkembangan Intelektual (Piaget)
                                    1)            Tahap sensorik-motorik (0-2 tahun)
         Bayi belajar dan mengembangkan kemampuan sensorik motorik dengan dikondisikan oleh lingkungannya.
                                    2)            Praoperasional (2 – 7 Tahun)
         Pada anak usia 2-3 tahun anak berada diantara sensorik motorik dan praoperasional, yaitu anak mulai menembangkan sebab akibat
         Anak prasekolah (3-6 tahun) mempunyai tugas untuk menyiapkan diri memasuki dunia sekolah.
                                    3)            Concrete opresional (7-11 tahun)
         Anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya.
                                    4)            Formal Operation (11-15 tahun)
         Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan kemampuan untuk fleksibel terhadap lingkungan
c.       Perkembangan Psikoseksual (Freud)
                                    1)            Fase Oral (0-11 bln)
         Masa bayi sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada aktivitas oral. Hambatan atau ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral akan mempengaruhi fase perkembangan.
         Penanaman identitas gender pada bayi dimulai dengan adanya perlakuan ibu atau ayah yang berbeda.
                                    2)            Fase Anal (1-3 tahun)
         Anak senang menahan feses. Toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
                                    3)            Fase Falik (3-6 tahun)
         Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki2 dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin
         Orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan tentang hal ini sesuai dengan kemampuan perkembangan kognitifnya.
                                    4)            Fase Laten (6 – 12 Tahun)
         Anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang merupakan media untuk menekplorasi pengetahuan dan penagalamnnya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya.
         Pertanyaan anak tentang seks semakin banyak, mengarah pada sistem reproduksi.Orang tua harus bijaksana dalam merespon.
                                    5)            Fase Genital (12-18 tahun)
         fase pubertas yaitu dengan adanya proses kematangan organ reproduksi dan produksi hormon seks.

PRINSIP-PRINSIP TUMBUH KEMBANG

1.      Pertumbuhan adalah proses yang terus menerus yang ditentukan beberapa faktor.

2.      Semua tumbang manusia mengikuti pola yang sama

3.      Belajar dapat merupakan salah satu bantuan atau gangguan proses kedewasaan

4.      Perkembangan bagian lain mempunyai kaakteristik sendiri.

5.      Tumbang terjadi dari atas kebawah, dari tengah kebagian samping tubuh

6.      Tumbang semakin bertambah dengan berbagai perbedaan.

 





ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Pengkajian dilakukan paada hari selasa tanggal 24 Mei 2015 di ruang Dahlia RSUD Ambarawa dengan metode allowanamnesa dan autoanamnesa.
1.      Identitas Pasien
Nama                                 : An. I
Tempat Tanggal Lahir       : Semarang, 15 jan 2014
Usia                                   : 1 tahun 4 bulan
Pendidikan                                    : -
Alamat                              : Ambarawa
Dx Medis                          : Diare Akut Dehidrasi Berat
Tanggal Masuk                  : 22 mei 2015
Nama Ayah/ Ibu               : Ny. D
Pekerjaan                           : Swasta
Agama                               : Islam
Suku                                  : Jawa
Alamat                              : Ambarawa

2.      Keluhan Utama
Klien BAB 4x / Hari kosistensi cair berampas warna kuning

3.      Riwayat Penyakit Sekarang
Klien daatang pada tanggal 15/5/2015 dengan keluhan diare cair dan muntah 10x/hari, panas selama 2 hari, sebelumnya sudah dibawa ke puskesmas karena tidak ada perubahan kemudian pasien dibawa ke RSUD Ambarawa.

4.      Riwayat Masa Lampau
Ibu klien mengatakan anak belum pernah menderita sakit seperti ini. Lahir dengan persalinan normal, tidak memiliki alergi terhadap obat. Imunisasi dasar lengkap.
5.      Riwayat Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat herediter, serta penyakit diare yang sedang diderita klien, kakak klien pernah menderita diare juga waktu bayi
     
= Laki-laki
= Klien
= 1 Rumah
= Perempuan
 











6.      Riwayat Sosial
a.       Klien diasuh oleh kedua orangtuanya
b.      Pembawaan secara umum pendiam
c.       Lingkungan rumah bersih dan nyaman
7.      Keadaan kesehatan saat ini
a.       Dx medis                                 : Diare akut dehidrasi sedang
b.      Tindakan operasi                     : -
c.       Obat-obatan                            : Infus Ka En 3B 10 tpm
  Paracetamol 3 x 100 mg PO
  Amoxilin 250 mg / 12 jam
 
d.      Tindakan keperawatan            : Kompres air hangat
              


e.       Hasil Labolatorium


Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Metode
Darah Rutin




Hemoglobin
9.8 L
13.5 – 17.5
9 / dl
Spectiophotometry
Lekosit
7,6
4 – 10
ribu
E. Impedance
Eritrosit
4,01 L
4.5 – 6.8
juta
E. Impedance
Hematrokit
29,2 L
40 – 50
%
Integration Volume
MCV
72,8 L
82 – 98
mikro m3
E. Impedance
MCH
24,4 L
> < 27
pg
E. Impedance
MCHC
323,6
32 – 35
gr/dl
E. Impedance
RDW
15,5 H
10 – 15
%
E. Impedance
Trombosit
341
150 – 400
ribu
E. Impedance
PDW
15,5
10 – 13
%
E. Impedance
MPV
8,8
7 – 11
mikro m3
E. Impedance
PCT
0.301
0.2 – 0.5
%
E. Impedance
KIMIA KLINIK





8.      Pengkajian pola fugsional menurut Gordon
a.       Pola persepsi dan manajemen kesehatan
            1)            Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
            2)            Ibu pasien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi lengkap
            3)            Ibu klien atau ayah klien tidak merokok didekat anak maupun kebiasaannya
            4)            Ibu klien mengataan produk rumah tangga ditempatkan di tempatnya dan obat-obatan pada laci
b.      Pola nutrisi metabolik
            1)            Pemberian ASI banyak menghisap kuat
            2)            Selera makan (+)
            3)            Berat lahir 2,4 kg berat sekarang 8 kg
            4)            Pengkajian ABCD
a)      Antropometri
BB sebelum sakit 10 kg saat sakit 9 kg
TB :   cm

b)      Biochemical
Eritrosit : 4,01
Trombosit : 341
Hematakrit : 29,2
c)      Clinical
Rambut : tipis, sedikit, coklat
Gigi       : lengkap
Mukosa : lembab
Ekstremitas : kanan terpasang infus D¼ 15 tpm
d)     Diit
Diet bubur nasi 100 kkal
c.       Pola eliminasi
            1)            BAB 4x konsistensi cair berampas, warna kuning , jumlah banyak
            2)            Mengganti popok > 4 kali / hari
d.      Pola latihan aktivitas
            1)            Klien disibin tiap pagi dan sore
            2)            Sehari hari klien berada di tempat tidur
            3)            Klien bisa miring kanan, kiri dan berbaring
e.       Pola istirahat tidur
            1)            Klien tidur 8-10 jam / hari
            2)            Posisi tidur SIM / lateral
f.       Pola persepsi kognitif
Klien merespon dengan lingkungan sekitar
Klien pendiam
Ibu lien mengatakan sedikit mengerti tentang kondisi klien, terlihat bingung
g.      Pola persepsi diri dan konsep diri
Respon klien baik, tidak rewel
h.      Pola hubungan peran
Klien selalu inginn berada didekat keluarga klien
i.        Pola seksual dan reproduksi
Tidak terdapat perbedaan perlakuan pada masalah gender
j.        Pola toleransi stress koping
Tidak menyebabkan stress pada klien
k.      Pola kepercayaan dan nilai
Ibu klien beranggapan hal tersebut sebagai ujian dari Tuhan
9.      Pemeriksaan fisik
KU                        : baik, composmentis
TTV           : N   :130 x / menit
                    RR :36 x / menit
                    TD :90 / 60 mmHg
                    S    : 38,4 oC
TB             : 71 cm
BB             : 8 kg
LK             : 44 cm
Kepala       : emesosepal, rambut dan kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata
Mata          : simetris, bulu mata tidak rontok, konjungtva anemis, sklera putih bersih, pupil   isokor, mata cekung
Hidung      : simetris, bersih
Telinga      : simetris, serumen (-)
Leher         : pembesaran kelenjar tiroid (-)
Mulut        : bibir simetris, mukosa lembab
Thorax       : Jantung       I : IC tampak
                                       P: IC tak kuat angkat
                                       P: batas jantung tidak melebar, redup
                                       A: reguler , Lup Dup
                   Paru-Paru    I : pengembangan paru simetris
                                       P : nyeri (-)
                                       P : sonor / sonor
                                       A : vesikuler
Abdomen
I           : Datar, tidak ada nyeri tekan
A         : Paristaltik usus 15x/ menit
P          : Tidak ada nyeri tekan
P          : Tympani
Genetalia   : bersih, kemerahan pada anus

Ekstremitas atas dan bawah : simetris kanan dan kiri, akral hangat
Kulit          : bersih
Sistem neuromuskuler : tidak terjadi keterlambatan dalam perkembangan
10.  Pengkajian reflek
Mata berkedip (+)
Hidung                              : bersin saat dirangsang
Mulut dan tenggorokan    : Menghisap (+), menguap (+). Reflek muntah (+)
Ekstremitas                       : berfungsi dengan baik
Massa ( tubuh )                 : galant (+), moro (+)
11.  Pemeriksaan perkembangan
Berat badan saat ini          : 9 kg
Pertumbuhan gigi              : lengkap
                                            Karies (-)




















Format KPSP
KPSP Anak Umur 15 Bulan

No
Perkembangan
Aspek
Hasil

1.
Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan 2 kubus kecil yang ia pegang ? kerincingan bertangkai dan tutup panci tidak ikut dinilai.

Gerak halus
Ya
Tidak
2.
Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan ?
Gerak kasar
Ya
Tidak
3.
Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai – lambai ?
Jawab tidak apabila ia membutuhkan bantuan.
Sosialisasi & kemandirian
Ya
Tidak
4.
Apakah anak anak dapat mengatakan “ papa “ ketika ia memanggil / melihat ayahnya, atau mengatakan “ mama “ jika memanggil / melihat ibunya ?
Jawab YA  bila anak mengatakan salah satu diantaranya.
Bicara & bahasa

Ya

Tidak
5.
Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama
kira – kira 5 detik ?
Gerak kasar

Ya
Tidak
6.
Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama
30 detik atau  lebih ?
Gerak kasar
Ya
Tidak
7.
Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai,apakah anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali ?
Gerak kasar

Ya

Tidak
8.
Apakah anak dapat menunjuk apa yang diinginkannya tanpa menangis ataupun merengek ?
 jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan ?
Sosialisasi & kemandirian

Ya

Tidak
9.
Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh ataupun terhuyung – huyung ?
Gerak kasar

Ya

Tidak
10.
Apakah ank dapt mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan menggunakn ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ?
                                                                       
Gerak halus
Ya

Tidak



Balance Cairan
Keterangan
Pagi
Siang
Sore
In Put
-        Makan, 1 porsi @50cc
-        Minum (Asi) 1x menyusui @25cc
-        Metabolisme
-        Infus

½ Porsi = 25cc

3x @25cc = 75cc


30cc
300cc

½ Porsi = 25cc

2x @25cc = 50cc


40cc
200cc

½ Porsi = 25cc

3x @25cc = 75cc


30cc
150cc
Total
430cc
315cc
450cc
Out Put
-        BAK
-        BAB

4x @50cc = 200cc
2x @50cc = 100cc

4x @50cc = 200cc
2x @50cc = 100cc

3x @50cc = 150cc
2x @50cc =100 cc
Total
300cc
300cc
250cc
     
       Rumus:
       (30-Umur dalam tahun) x BB saat ini x Jam dinas (pagi 7, siang 6, sore 11)
                              24 jam
                       














IWL Pagi : (30-1) x 9 x 7
                                         : 29 x 9 x 7                                    
                                               24                                                        
                                         : 1827                                    
                                             24                                                       
                                         : 76.125cc



                      IWL Siang : (30-1) x 9 x 6
                                         : 29 x 9 x 6                                    
                                               24                                                        
                                         : 1.566                                   
                                            24                                                        
                                         : 65.25cc    
                                        
IWL Sore : (30-1) x 9 x 10
                                         : 29 x 9 x 10                                              
                                               24                                                        
                                         : 2.610                       
                                             24                                                       
                                         : 108.75cc  

In Put        : 430cc + 315 + 450 = 1195cc
         Out Put  : 850cc + 76.125cc + 65.25cc + 108.75cc = 1200.125cc
 In Put – out Put = 1195cc – 1200.125cc = -5.125cc.




ANALISA DATA
Nama       : An . I                                                                               No . Reg           : 01251801
Ruang      : Dahlia                                                                              Dx Medis          : DADB
No
Hari tanggal jam
Data focus
Kemungkinan penyebab
Masalah keperawatan
TTD
1
Sabtu
24 mei 2015
DS :
muntah 2 x
Diare 4 x konsistensi cair berampas
DO :
Mata cekung, ubun cekung, turgor kulit kering
Balance cairan -5,125cc
Gstroenteritis

Output meningkat dan absorbsi menurun

Dehidrasi
Kekurangan volume cairan tubuh


aziz
2
Sabtu
24 mei 2015
DS :
Ibu klien mengatakan anaknya panas
DO:
S = 38,4 oC
Kurang volume cairan tubuh

Merangsang pusat pengatur suhu di hipotalamus
hipertermi


Aziz
3
Sabtu
24 mei 2015
DS:
Ibu klien mengatakan sediki mengerti kondisi klien
DO :
Terlihat kebingungan
Kurang informasi
Defisit pengetahuan


aziz
4
Sabtu
24 mei 2015
DS :
Ibu klien mengatakan anus klien kemerahan
DO : terdapat kemerahan pada anus
Gastroenteritis

Feses bersifat asam

Mengiritasi rectal
Kerusakan integritas kulit




DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama   : An . I                                     No . Reg          : 01251801
Ruang : Dahlia                                    Dx Medis        : Diare Akut Dehidrasi Berat

      1.            kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
      2.            Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
      3.            Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare
      4.            Defisit pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan kurang informasi



















INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama       : An . Z                                           No . Reg          : 01251801
Ruang      : Melati 2                                        Dx Medis        : Diare Akut Dehidrasi Berat
Hari / Tanggal / Jam
NO DP
Tujuan
Intervensi
TTD
Sabtu 24 mei 2015
I
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 x 24 jam kekurangan volume cairan teratasi keseimbanganelektrolit asam basa dapat teratasi dengan KH : hidrasi status nutrisi adekuat
1.       kaji TTV
2.       lakukan rehidrasi oral
3.       Pantau intake input
4.       Ganti larutan rehidrasi oral dengan cairan rendahnatrium seperti cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula rendah laktosa
5.       Koloborasi dengan tim medik



aziz
Sabtu 24 mei 2015
II
Setelah dilakukan 1 jam asuhan keperawatan hipertermi teratasi dengan KH : S = 36,5 oc – 37,5oc
1.       Pantau TTV
2.       Berikan kompres air hangat
3.       Edukasi banyak minum
4.       Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
5.       Koloborasi dengan tim medik untuk pemberian obat antiseptic








Aziz
Sabtu 24 mei 2015
III
Setelah dilakukan 3x24 jam asuhan keperawatan iritasi rectal eratasi dengan kriteria hasil : suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi dan warna jaringan dalam rentang normal
1.Ganti popok jikaa basah atau kotor
2.Bersihkan bokong perlahan dengan sabun lunak non alkalin dan air
3.Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung alkohol pada kulit yang teriritasi
4.Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi
5.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian salep pelindung




Aziz
Sabtu 24 mei 2015
IV
Setelah dilakukakn 1x24 jam asuhan keperawatan, keluarga klien serta klien mengerti tentang gastroenteritis
1.            Kaji pengetahuan
2.            Berikan penjelasan mengenai kondisi klien tentang penyakit
3.            Berikan penjjelasan kepada keluarga tentang perawatan anak dengan diare
4.            Berikan penkes tentang diare



Aziz




CATATAN KEPERAWATAN
Nama       : An . I                                            No . Reg          : 01251801
Ruang      : Dahlia                                           Dx Medis        : Diare Akut Dehidrasi Berat
Hari/Tanggal/Jam
No DP
Implementasi
Respon
TTD
Sabtu, 24 Mei 2015
I
1.      Mengkaji TTV

2.      Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan susu lebih sering

3.      Memantau output cairan
S : 38,4oC     N : 110
RR : 26 x/ menit
Keluarga mau melakukan apa yang dianjurkan


BAB 4x/hari ± 300ml
BAK ± 550 cc / hari



Aziz
Sabtu, 24 Mei 2015
II
1.      Memberikan kompres hangat WTS
2.      Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
3.      Memberikan obat paracetamol
Klien mau diberikan tindakan
Keluarga melakukan anjuran perawat
Klien mau diberikan obat, tidak muntah



Aziz
Sabtu, 24 Mei 2015
III
1.      Observasi daerah anus dan perinium
2.      Menganjurkan keluarga untuk mengganti popok anak bila basah
3.      Membersihkan bokong dengan tisu non alkohol

Anus tampak kemerahan

Keluarga melakukan anjuran dari perawat

Keluarga membersihkan bokong anak dengan tisu



Aziz


CATATAN PERKEMBANGAN
Nama       : An . I                                                           No . Reg     : 01251801
Ruang      : Dahlia                                                          Dx Medis    : DADB
Hari / Tanggal / Jam
No. DP
Evaluasi
TTD
Sabtu, 24 Mei 2015
I
S : ibu klien mengatakan anaknya BAB 4x/ hari konsistensi cair berampas
O: mata cekung, ubun ubun cekung, turgor kulit lembab
     S : 38,4oC     N : 110    RR : 26 x/ menit
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi




Aziz
Sabtu, 24 Mei 2015
II
S :ibu klien mengatakan anaknya panas
O: anak teraba panas
    S : 38,4oC     N : 110    RR : 26 x/ menit
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi



Aziz
Sabtu, 24 Mei 2015
III
S: ibu klien mengatakan anus anaknya kemerahan
O: terdapat kemerahan pada anus
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi



Aziz



CATATAN KEPERAWATAN

Nama       : An . I                                                           No . Reg     : 01251801
Ruang      : Dahlia                                                          Dx Medis    : DADB
Hari/Tanggal/Jam
No DP
Implementasi
Respon
TTD
Minggu, 25 Mei 2015
I
1.      Mengkaji TTV

2.      Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan susu lebih sering

3.      Memantau output cairan
S : 37,1oC     N : 110
RR : 26 x/ menit
Keluarga mau melakukan apa yang dianjurkan


BAB 3x/hari ± 200ml
BAK 4x/hari ± 150ml



Aziz
Minggu, 25 Mei 2015
II
1.      Memberikan kompres hangat WTS
2.      Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
3.      Memberikan obat paracetamol 100 mg
Klien mau diberikan tindakan
Keluarga melakukan anjuran perawat
Klien mau diberikan obat, tidak muntah



Aziz
Minggu, 25 Mei 2015
III
1.      Observasi daerah anus dan perinium
2.      Menganjurkan keluarga untuk mengganti popok anak bila basah
3.      Membersihkan bokong dengan tisu non alkohol

Anus tampak kemerahan

Keluarga melakukan anjuran dari perawat
Keluarga membersihkan bokong anak dengan tisu



Aziz
Minggu, 25 Mei 2015
IV
1.      Mengkaji pengetahuan keluarga tentang diare
2.      Memberikan penkes kepada keluarga tentang pertolongan pertama pada anak dengan diare
3.      Mengajarkan pembuatan cairan gula garam
Keluarga belum tahu tentang diare
Keluarga memperhatikan dan mengerti apa yang disampaikan
Keluarga dapat membuat larutan gula garam



Aziz


CATATAN PERKEMBANGAN
Nama       : An . I                                            No . Reg          : 01251801
Ruang      : Dahlia                                           Dx Medis        : Diare Akut Dehidrasi Berat
Hari / Tanggal / Jam
No. DP
Evaluasi
TTD
Minggu, 25 Mei 2015
I
S : ibu klien mengatakan anaknya BAB 4x/ hari konsistensi cair berampas
O: mata cekung, ubun ubun cekung, turgor kulit lembab
     S : 37,1oC     N : 110    RR : 26 x/ menit
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi




Aziz
Minggu, 25 Mei 2015
II
S :ibu klien mengatakan anaknya panas
O: anak teraba panas
    S : 37,1oC     N : 110    RR : 26 x/ menit
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi



Aziz
Minggu, 25 Mei 2015
III
S: ibu klien mengatakan anus anaknya kemerahan
O: terdapat kemerahan pada anus
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi



Aziz



Minggu, 25 Mei 2015
IV
S : keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pertolongan pertama pada anak dengan diare
O : keluarga dapat membuat larutan gula garam
A : Masalah sudah teratasi
P : Hentikan intervensi



Aziz





CATATAN KEPERAWATAN

Nama       : An . I                                            No . Reg          : 01251801
Ruang      : Dahlia                                           Dx Medis        : Diare Akut Dehidrasi Berat
Hari/Tanggal/Jam
No DP
Implementasi
Respon
TTD
Senin 26 Mei 2015
I
1.      Mengkaji TTV

2.      Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan susu lebih sering

3.      Memantau output cairan
S   : 36oC     N : 120/mnt
RR : 26 x/ menit
Keluarga mau melakukan apa yang dianjurkan


BAB : ± 120 cc
BAK : ± 100 cc



Aziz
Senin 26 Mei 2015
III
1.      Observasi daerah anus dan perinium
2.      Menganjurkan keluarga untuk mengganti popok anak bila basah
3.      Membersihkan bokong dengan tisu non alkohol

Anus tampak baik/ tidak kemerahan
Keluarga melakukan anjuran dari perawat
Keluarga membersihkan bokong anak dengan tisu



Aziz

 












CATATAN PERKEMBANGAN
Nama       : An . I                                            No . Reg          : 01251801
Ruang      : Dahlia                                           Dx Medis        : Diare Akut Dehidrasi Berat
Hari / Tanggal / Jam
No. DP
Evaluasi
TTD
Senin, 26 Mei 2015
I
S : ibu klien mengatakan anaknya sudah bab dengan normal
O: BAB 1x/hari (warna kuning, lembek)
     S : 36oC     N : 120    RR : 26 x/ menit
A: masalah sudah teratasi
P : lanjutkan intervensi




Aziz
Senin, 26 Mei 2015
III
S : ibu klien mengatakan anus anaknya sudah tampak baik
O  : tidak terdapat kemerahan pada anus
A  : masalah sudah teratasi
P   : lanjutkan intervensi



Aziz

















DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2 Jakarta .EGC
Robbins. Dkk 2007. Buku Ajar Patofisiologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta .EGC
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005. Buku Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta Infomedika
Wikinson . M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Krtieria Hasil NOC . Jakarta: .EGC
Wong. Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Edisi 4. Jakarta : .EGC
Wong DL. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta .EGC